"LEGENDA
PUTRI MANDALIKA"
Pesta rakyat
Bau Nyale adalah sebuah upacara tradisional yang sangat sakral bagi masyarakat suku
Sasak khususnya di Kabupaten lombok tengah, tradisi ini sudah ada sejak jaman
dahulu yaitu sebelum abad ke 16, tradisi ini dilakukan bukan hanya sebagai
ajang rekreasi bagi masyarakat di sekitar pulau Lombok, namun lebih dari itu
tradisi ini ditujukan untuk mengenang seorang putri kebanggaan tanah sasak
yaitu putri Mandalika. Legenda putri Mandalika inilah yang sudah berurat berakar
pada masyarakat Lombok Tengah, selain sejarahnya Sang Putri yang elok dan
jelita, putri Mandalika juga dikenang atas pengorbanannya untuk perdamaian.
Tersebutlah pada
zaman dahulu, di Lombok berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan tunjung Bitu,
kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Tonjang Beru dan
permaisurinya yang bernama Dewi Seranting. Raja Tonjang Beru adalah seorang
raja yang arif dan bijaksana, ia dicintai rakyatnya karena kearifannya. Ia mempunyai
seorang putri yang cantik dan cerdas bernama Putri Mandalika, Sang Putri mewarisi
sifat ayahnya, ia sangat dihormati dan dicintai oleh rakyatnya. Ia terkenal
dengan kedekatannya pada rakyatnya, Sang putri tidak pernah membedakan dengan
siapa ia akan bergaul. Kecantikan serta kepintaran sang Putri tersebar jauh
hingga ke kerajaan-keraja -an lain di Pulau Lombok, banyak pangeran yang terpikat
dan ingin memperistri Sang Putri. Persaingan pun terjadi, banyak pangeran yang
tidak terima jika Putri Mandalika dipersunting oleh orang lain, hingga terjadilah
pertikaian antar pangeran yang melibatkan kerajaan masing-masing.
Hal ini lah yang
tidak diinginkan oleh putri Mandalika, oleh sebab itu tak seorang pun dari sekian
banyak pangeran yang melamarnya itu diterima, sang putri mencari solusi dari
permasalahn ini, tak lupa ia berdiskusi dengan ayahandanya akan keaadaan pelik
ini. Kegundahan sang putri ini akhirnya terpecahkan, konon sang putri melakukan
semedi. Sebuah keputusan yang sangat sukar diambil sang putri setelah
semedinya, ia bertekad untuk tidak menerima pangeran manapun yang melamarnya, ia
tak ingin terjadi pertumpahan darah di bumi sasak ini. Akhirnya, pada hari yang
ditentukan, sang putri mengundang seluruh pangeran dan rakyatnya untuk
berkumpul di Pantai kuta, yaitu Pantai yang terletak di ujung selatan Pulau
Lombok. Ia berjanji untuk mengumumkan pilihannya apabila semua rakyatnya dan
pangeran itu hadir. Para pangeran dan rakyatnya pun berbondong-bondong menuju
pantai kuta, dengan rasa penasaran yang membuncah, rakyat berkumpul untuk mendengarkan
keputusan Sang putri, siapa gerangan pangeran yang beruntung mempersunting Sang
Putri. Putri Mandalika berdiri di atas sebuah bukit bernama bukit seger, dan mulai
berbicara.
Semua yang
hadir mendengarkan dengan khidmat, Sang Putri berbicara tentang perdamaian,
tentang dirinya yang tak ingin jadi penyebab pertikaian yang hanya akan
menimbulkan kekacauan. Hadirinpun semakin penasaran dan tak mengerti apa maksud
sang Putri, pada akhir pidatonya Putri Mandalika berpesan, agar tetaplah
menjaga perdamaian dengan atau tanpa dia, putri juga berpesan bahwa ia bukan milik
siapa-siapa, ia adalah meilik seluruh rakyat Tunjung Bitu, oleh sebab itu,
apabila rakyanya hendak bertemu dengannya, hendaklah menemuinya di tempat ini setiap
tangggal 20 bulan 20 menurut penanggalan sasak.
Para hadirin
dan pangeran pun semakin tegang, dan sang putri menyampaikan permohonan maaf
kepada semua yang hadir di tempat itu. Tak lama kemudian Sang Putri pun
menceburkan diri ke laut, semua yang hadir terkesima, bagai disambar petir, serentak
rakyat yang hadir pada saat itu berlari ke laut untuk menyelamatkan sang putri.
Namun sang putri telah lenyap, semua yang hadir di tempat itu larut dalam kesedihan,
putri yang sangat dihormati itu telah mengorbankan dirinya untuk perdamaian. Tiba-tiba,
dari laut muncullah binatang menyerupai cacing yang berwarna-warni, -binatang ini
muncul dengan tiba-tiba, semua yang hadir di pantai itu turun ke laut untuk menangkap
binatang yang jumlahnya semakin banyak itu, mereka percaya bahwa binatang yang
di sebut Nyale itu adalah jelmaan sang putri.
Hingga saat
ini, tradisi bau nyale selalu dilestarikan oleh masyarakat, selain untuk
mengenang sang, pesta rakyat bau nyale juga dilakukan untuk mempererat persaatuan
dalam masyarakat sasak, tak peduli dari kasta apa, keluarga siapa dan desa mana,
semuanya tumpah kelaut dengan satu tujuan, agar perdamaian di bumi Tatas Tuhu
Trasna tetap terjaga, dan sebagai pesan budaya yang harus dilestarikan oleh
anak cucu kita.
Komentar