Langsung ke konten utama

Apresiasi Sastra Anak

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di era globalisasi ini, tentunya kita tahu bahwa teknologi berkembang dengan pesat seiring dengan berkembangnya jaman. Berbagai peralatan yang canggih pun, sekarang sudah tidak sulit untuk didapatkan. Berbagai media hiburan modern seperti televisi, radio, komputer, dan lain sebagainya kini dirasa lebih menarik perhatian daripada hiburan tradisional. Buktinya, di jaman sekarang, anak-anak lebih banyak yang senang memainkan game online dengan laptop dan kebanyakan anak jaman sekarang sudah tidak mengenal permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak pada jaman dahulu. Apalagi, pada jaman sekarang kebanyakan anak sudah memiliki gadget sehingga anak cenderung malas untuk belajar dan lebih memilih bermain game.Tentu saja hal ini akan berakibat pada perkembangan potensi anak yang kurang maksimal sehingga prestasi belajar anak pun kurang memuaskan.Memang dengan adanya perkembangan teknologi saat ini tentunya dapat meningkatkan pengetahuan kita. Namun, kita harus ingat dan selektif dalam mengambil manfaat yang positif  dari perkembangan teknologi ini sehingga kita tidak terjerumus ke dalam hal yang bersifat negatif. Kita tidak boleh bergantung pada perkembangan teknologi, karena sebenarnya masih banyak terobosan lain yang dapat kita tempuh.
Kita tahu bahwa sekarang ini pembelajaran sastra khususnya sastra anak kurang diminati oleh anak-anak, padahal kita semua tahu bahwa dalam sastra anak banyak terkandung nilai-nilai moral yang bernilai luhur. Namun pada kenyataannya, anak-anak sekarang lebih memilih menyukai cerita-cerita yang berbau aksi, seperti Naruto ataupun Dargon Ball yang mengandung unsur-unsur yang kurang pantas untuk ditiru oleh anak-anak (misalnya perkelahian). Dunia anak-anak yang penuh dengan kegembiraan merupakan salah satu aspek penting untuk dipertimbangkan dalam memilih pembelajaran yang cocok diberikan kepada mereka terutama dalam pembelajaran sastra anak. Karya sastra merupakan pembelajaran yang cocok untuk diberikan dikelas rendah karena telah diketahui oleh kita pada umumnya. Dengan membaca karya sastra, hati kita bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan. Selain itu karya sastra pun memberikan nilai-nilai dan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh anak-anak. Melalui karya sastra, mereka dapat mencurahkan pengalaman hidup mereka dan pada akhirnya mereka dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dari pengalaman yang telah mereka tuangkan ke dalam karya satra.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian sastra anak?
2.      Apa sajakah ciri-ciri sastra anak?
3.      Apakah manfaat sastra anak utamanya bagi anak Sekolah Dasar?
4.      Bagaimanakah tahap-tahap dalam pembelajaran sastra anak di Sekolah Dasar?
5.      Apa sajakah jenis-jenis karya sastra anak?
6.      Bagaimanakah apresiasi sastra anak?

C.    Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian sastra anak.
2.      Memahami ciri-ciri sastra anak.
3.      Memahami manfaat sastra anak utamanya bagi anak Sekolah Dasar.
4.      Menjelaskan tahap-tahap dalam pembelajaran sastra anak di Sekolah Dasar.
5.      Memahami jenis-jenis karya sastra anak.
6.      Menjelaskan apresiasi sastra anak.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Sastra Anak
Subjek dan objek dalam pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar adalah anak-anak. Karya sastra merupakan pembelajaran yang cocok untuk diberikan. Karena telah diketahiu oleh kita bahwa dengan membaca karya sastra hati bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Selain itu, karya sastra juga memberikan nilai-nilai dan pengetahuan lainnya yang belum pernah diketahui oleh anak-anak seperti pengetahuan bagaimana sebaiknya mereka berinteraksi dengan sesama.
Kata sastra anak merupakan dua patah kata yang dirangkaikan menjadi satu kata sebut, yaitu dari kata sastra dan kata anak. Kata sastra berarti ‘karya seni imajinatif dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa’ (Rene Wellek, 1989). Karya seni imajinatif yang bermedium bahasa itu dapat dalam bentuk tertulis ataupun dalam bentuk lisan.  Sementara itu, kita anak disini diartikan sebagai ‘manusia yang masih kecil’ (KBBI, 1998: 31) atau ‘bocah’ (KBBI, 1998: 123). Tentu pengertian anak yang dimaksud di sini bukan anak balita dan bukan pula anak remaja, melainkan anak yang masih berumur antara 6-13 tahun, usia anak sekolah dasar. Jadi, secara sederhana istilah sastra anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik lisan ataupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak’.
Sementara itu, Riris K. Toha-Sarumpaet (1976: 21) menyatakan bahwa sastra anak adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Pendek kata, sastra anak ditulis oleh orang tua untuk anak. Orang tua jugalah yang mengedit, mengilustrasi, mencetak, menerbitkan, mendistribusikan, memilihkannya di rumah atau di sekolah, seringkali membacakannya, dan sesekali membicarakannya. Orang dewasa pulalah yang membimbing anak dalam memilih dan mengusahakan bacaan yang baik bagi anak, tetapi tidak semua sastra anak itu ditulis oleh orang tua. Penulis sastra anak dapat juga dilakukan oleh anak-anak itu sendiri, misalnya anak yang telah berumur sepuluh atau sebelas tahun ke atas, sudah dapat menulis puisi atau catatan harian dan sebagainya

B.     Ciri-Ciri Satra Anak
Riris K. Toha-Sarumpaet (1976:29-32) mengemukakan bahwa ada 3 ciri yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa. Tiga ciri pembeda itu berupa:
1.      Unsur pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sastra anak menghindari atau pantang terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk, kecurangan yang jahat, dan masalah kematian. Apabila ada hal-hal buruk dalam kehidupan itu yang diangkat dalam sastra anak, misalnya masalah kemiskinan, kekejaman ibu tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada tokoh proagonis, biasanya amanatnya lebih disederhanakan dengan akhir cerita menemui kebahagiaan atau keindahan, misalnya dalam kisah Putri Salju, Cindrella, Bawang Merah Bawang Putih, Limaran, Cindelaras, dan Putri Angsa.
2.      Penyajian Dengan Gaya Secara Langsung
Penyajian dengan gaya secara langsung adalah sajian cerita yang deskripsinya secara singkat dan langsung menuju sasarannya, mengetengahkan gerak yang dinamis, dan jelas sebab-sebabnya. Deskripsi itu diselingi dengn dialog dan terwujud suasana yang tersaji, perilaku tokoh-tokohnya amat jelas, baik sifat, peran, maupun fungsinya dalam cerita. Biasanya lebih cenderung digambarkan sifat tokoh yang hitam putih. Artinya, setiap tokoh baik atau tokoh buruk.
3.      Fungsi Terapan
Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informative dan mengandung unsur-unsur  yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampilan khusus, maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi terapan dalam sastra anak ini ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada teks karya sastra anak itu sendiri, misalnya dari judulPetualangan Sinbad akan memberikan informasi yang berupa kata atau nama tokoh, anak akan bertambah pengetahuannya tentang negeri asal kata atau tokoh itu, letak negeri itu, apa yang terkenal di negeri itu, dan sebagainya.

C.    Manfaat Pembelajaran Satra Bagi Pendidikan Anak SD
1.      Membantu Perkembangan Bahasa Anak
Melalui menyimak atau membaca karya sastra , secara sadar ataupun tidak sadar pemerolehan bahasa anak akan meningkat. Bertambahnya kosa kata maka akan meningkatkan pula keterampilan berbahasa anak.
2.      Membantu Perkembangan Kognitif Siswa
Sastra  mempunyai hubungan erat dengan penalaran dan pikiran anak-anak. Semakin anak terampil berbahasa, maka akan semakin terampil pula mereka berfikir. Penalaran yang dikembangkan melalui media sastra antara lain; membandingkan, mengklasifikasikan, menghipotesis, merangkum, mengeritik, dan menerapkan.
3.      Perkembangan Kepribadian
Sastra mempunyai peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak. Tokoh-tokoh dalam karya sastra secara tidak sadar akan mendorong atau mempengaruhi anak-anak mengendalikan berbagai emosi, misalnya: benci, cemas, takut, bangga, angkuh, sombong, dan lainnya. Disini guru harus pintar-pintar memilih bacaan untuk anak yang didalamnya terdapat pesan, kesan moral bagi anak.
4.      Perkembangan Sosial
Istilah sosial mengacu pada suatu proses yang digunakan untuk anak-anak dalam membentuk perilaku, norma-norma, dan mativasi, yang selalu dipantau serta dinilai oleh keluarga dan kelompok budaya mereka. Ada tiga proses yang sangat berpengaruh dalam sosialisasi dunia anak-anak.
a.       Pertama, proses hadiah dan hukuman. Orang tua/orang dewasa kerap kali memberikan hadiah kepada anak atas prilaku yang baik. Sebaliknya, mereka memberi hukuman atas prilaku yang tidak baik. Hal ini bermakna, anak disuruh melakukan hal-hal yang baik dan melarang melakukan hal-hal yang tidak baik.
b.      Kedua, proses imitasi/peniruan. Anak-anak meniru/menyontoh prilaku atau respon orang dewasa atau teman sebaya. Pada masa ini anak belajar tentang perilaku yang diterima dalam masyarakat.
c.       Ketiga, proses identifikasi. Proses ini menuntut ikatan emosional dengan model-model yang ada. Anak-anak menginginkan agar pikiran, perasaan, dan sifat-sifat mereka sama dengan model yang disukai.
5.      Sastra Menunjukkan Kebenaran Hidup
Dari karya sastra, orang akan belajar banyak tentang pengalaman hidup, persoalan dengan aneka ragamnya dan bagaimana menghadapinnya. Misalnya, dalam sastra anak-anak, dapat dijumpai cerita gadis kecil yang begitu asyik bermain dengan bonekanya, , disayang, murni, dan tidak ada kebohongan disini. Begitu pula dengan anak laki-laki yang dengan asyiknya bermain mainan kesukaannya. Kondisi seperti diatas, dapat dijadikan untuk menanamkan pendidikan kepada anak-anak tentang bagaimana hidup manusia itu sebenarnya. Ada masa tenang, ada masa damai. Ada masa anak-anak juga masa dewasa dan seterusnya, yang penuh dengan aneka peran, tugas, dan tanggung jawab. Dengan diajarkan pendidikan sastra sejak dini anak akan mengenal atau mengerti manusia lain.
6.      Sastra untuk Memperkaya Rohani
Dalam membaca sastra disamping hiburan dapat menikmati jalan cerita, pelukisan watak yang mengesankan, juga harus mempertimbangkan kebenaran. Disini pembaca sastra juga seharusnya ikut aktif mancari makna yang terkandung. Selain itu guru juga harus memilihkan bacaan sastra yang didalamnya terdapat pesan kesan yang bermakna bagi siswanya.
7.      Sastra Melampaui Batas bangsa dan Zaman
Karya sastra Mahabarata dan Ramayana menceritakan kejadian beberapa ratus tahun yang lalu. Cerita tersebut masih tetap hidup dalam abad kedua puluh dan sampai saat ini, berarti melampaui batas zaman.cerita ini digemari manusia kaena berisi pengalaman hidup yang mendasar yang masih terjadi sampai saat ini, seperti; kesetiaan dan penghianatan, perang antar saudara, orang tua kehilangan anak, dan lain sebagainya. Dari penjelasan diatas menjawab pertanyaan mengapa karya sastra perlu diajarkan pada anak-anak, karena karya sastra merupakan karya atau cerita turun temurun dan akan tetap ada sepanjang zaman
8.      Sastra Memiliki Santun Berbahasa
Dalam karya sastra begitu kaya dengan kata-kata yang tersusun secara tepat dan mempesona. Anak dapat belajar tatakrama/santun berbahasa dari pengungkapan kata-kata para sastrawan. Dengan demikian karya sastra memudahkan guru dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap anak, guna menjadikan anak yang sopan, santun di dalam lingkungan sekitarnya maupun dimanapun mereka berada nantinya.
9.      Sastra Menjadikan Manusia Berbudaya
Manusia yang berbudaya adalah manusia yang cepat tanggap terhadap segala hal yang luhur dan indah dalam hidup ini. Apabila karya sastra diajarkan sejak anak duduk dibangku SD, maka sejak dari dini ia dapat mengerti kehidupan manusia yang sederhana, berbudi luhur, dan disiplin. Hal itu dikarenakan didalam sastra terdapat gambaran kebiasaan manusia bergaul dengan kebenaran, keindahan, dan kebaikan.

D.    Tahapan Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar
1.      Tahap Penikmatan
Tahap ini diawali sejak masa anak umur 3-7 tahun. Anak sekolah dasar diajak menikmati atau mendengarkan cerita, puisi syair lagu, drama anak-anak. Dengan menyimak, dan menonton maka akan timbul rasa senang, gembira, puas pada diri siswa perlahan-lahan.  Sehingga akan timbul rasa cinta dan rindu terhadap karya sastra.
2.      Tahap Penghargaan
Pada tahap ini anak diajak setengah aktif . bagaimana menimbulkan rasa kekaguman, misalnya menayangkan tentang tokoh yang menjadi idola atau sebaliknya. Pemberian rasa pujian bila anak dapat menjawab pertanyaan yang berupa umpan balik dari karya sastra yang baru dinikmatinya maka akan muncul rasa ingin ikut memiliki atau menguasai hasil karya tersebut, sehingga muncul rasa penghargaan terhadap karya sastra.
3.      Tahap Pemahaman
Pemahaman ini ditekankan pada pemahaman unsur intrisik dan ekstrinsik karya sastra, misalnya diberikan pertanyaan siapa tokoh yang baik dan yang jahat, dimana peristiwa itu terjadi, dan lain sebagainya guna mengukur tingkat pemahaman anak tentang sastra yang dibacakan.
4.      Tahap Penghayatan
Pada tahap ini siswa diajak menganalisis tema dan berdiskusi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut, mengkritik, membandingkan antara satu karya dengan karya yang lain.
5.      Tahap Implikasi
Tahap implikasi yaitu tahap dimana anak diberikan kesempatan mengimplikasikan kreatifitas dalam bidang sastra, sesuai dengan minatnya masing-masing seperti; yang suka puisi dibentuk kelompok puisi, yang suka drama dibuatkan sanggar, dan yang suka fiksi maupun cerpen diberkan pembinaan dalam bentuk ekstrakulikuler.

E.     Jenis-jenis Sastra Anak
1.      Puisi
Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “poeima” = membuat atau “poeisis” = pembuatan. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “poem” atau “poetry”. Merupakan pengungkapan gagasan dan perasaan dalam bentuk rangkaian bait. Apresiasi puisi dapat dilakukan dengan memadukannya dengan empat aspek keterampilan berbahasa, yakni: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.  Apresiasi puisi yang berkaitan dengan tujuan tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca, mendeklamasikan, menciptakan puisi, dan mendiskusikan tema, keindahan bahasa, serta hal-hal yang menarik dari puisi tersebut. Seperti bentuk karya sastra lain, puisi mempunyai ciri-ciri khusus. Pada umumnya penyair mengungkapkan gagasan dalam kalimat yang relatif pendek-pendek serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam bentuk bait-bait), dan tidak jarang menggunakan kata-kata/kalimat yang bersifat konotatif. Struktur dan ragam puisi sebagai karya cipta kreatif jika dilihat dari ciri-cirinya terus mengalami perubahan zaman. Misal di masa lampau, penciptaan puisi harus memenuhi ketentuan jumlah baris, ketentuan rima dan persyaratan lain (Wirjosoedarmo:karangan terikat). Definisi tersebut tentu saja tidak tepat lagi untuk masa sekarang karena saat ini penyair sudah lebih bebas dan tidak harus tunduk pada persyaratan-persyaratan tertentu. Menurut zaman puisi dibagi dalam dua kategori, yaitu:
a.       Puisi Lama, dengan ciri-ciri yaitu merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya, disampaikan lewat mulut ke mulut (merupakan sastra lisan), sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima. Yang termasuk puisi lama adalah :
1)      Mantra, adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2)      Pantun, adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh pantun :
Jalan-jalan ke kota Blitar             
Jangan lupa beli sukun                 
Jika kamu ingin pintar                  
Belajarlah dengan tekun               
3)      Karmina, adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
4)      Seloka, adalah pantun berkait.
5)      Gurindam, adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat
6)      Syair, adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Bila dua orang wanita berbicara
mereka tidak mengatakan apa-apa
tetapi jika seorang saja yang berbicara
dia akan membuka semua tabir kehidupannya
7)      Talibun, adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
b.      Puisi Baru dengan ciri-ciri : bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah   baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
1)      Balada, adalah puisi berisi kisah/cerita.
2)      Himne, adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
3)      Ode, adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
4)      Epigram, adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
5)      Romance, adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
6)      Elegi, adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
7)      Satire, adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Contoh puisi modern:
biduk di langit masih kering tertawa
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia
2.      Prosa
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima (bunyi yang berselang/berulang di dalam/akhir larik), irama, dan kemerduan bunyi (meliputi euphony/mengambarkan keriangan, cacophony/ bernuansa ketertekanan batin, kebekuan dan kesedihan, onomatope/sugesti suara yang sebenarnya). Prosa juga pemaparan pemikiran dan perasaan melalui bentuk paragraf demi paragraf.
3.      Drama
Merupakan pengemukaan gagasan dan perasan melalui bentuk dialog antara berbagai tokoh. Drama adalah salah satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu seni sastra dan seni pertunjukan atau teater. Orang yang melihat drama sebagai seni sastra menunjukkan perhatiannya pada seni tulis teks drama yang dinamakan juga dengan seni lakon. Teknik penulisan teks drama berbeda dengan teknik penulisan puisi atau prosa. Orang yang menganggap drama sebagai seni pertunjukan (teater) fokus perhatiannya ditujukan pada pertunjukannya atau pementasannya, tidak semata pada teksnya saja. Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak. Misalnya: opera anak (trans7), ketoprak anak, dan lain-lain.

F.     Apresiasi Sastra Anak
Sehubungan dengan materi pembelajaran sastra anak ini, pengertian apresiasi yang kita maksudkan di sini yaitu kesadaran kita terhadap nilai-nilai seni dan budaya (sastra anak), dan penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra anak).
1.      Ada tiga batasan apresiasi sastra anak, yaitu:
a.       Apresiasi sastra anak adalah penghargaan (terhadap karya sastra anak) yang didasarkan pada pemahaman
b.      Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra anak
c.       Apresiasi sastra anak adalah kegiatan menggauli cipta sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra anak.
2.      Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak itu kita dapat melakukan beberapa kegiatan, antara lain :
a.       Kegiatan apresiasi langsung, yaitu membaca sastra anak, mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan menonton pertunjukan sastra anak dipentaskan
b.      Kegiatan apresiasi tidak langsung, yaitu mempelajari teori sastra, mempelajari kritik dan esai sastra, dan mempelajari sejarah sastra;
c.       Pendokumentasian sastra anak
d.      Melatih kegiatan kreatif mencipta sastra atau rekreatif dengan mengungkapkan kembali karya sastra yang dibaca, didengar atau ditontonnya.
3.      Ada tiga tingkatan atau langkah dalam apresiasi sastra anak, yaitu :
a.       Seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam cipta sastra anak, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif
b.      Setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseorang itu bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya
c.       Seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.




BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Sastra anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang imajinatif dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik lisan ataupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. Ciri-ciri sastra anak : unsur pantangan, penyajian dengan gaya secara langsun, dan fungsi terapan. Manfaat sastra bagi pendidikan anak : membantu perkembangan bahasa anak, membantu perkembangan kognitif siswa ,perkembangan kepribadian, perkembangan social, sastra menunjukkan kebenaran hidup, sastra untuk memperkaya rohani, sastra melampaui batas bangsa dan zaman,sastra memiliki santun berbahasa, dan sastra menjadikan manusia berbudaya. Tahap-tahap sastra anak : tahap penikmata, tahap penghargaan, tahap pemahaman,tahap penghayatan, dan tahap implikasi. Jenis-jenis sastra anak puisi (puisi lama dan puisi baru), prosa, dan drama. Apresiasi sastra anak :  seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam cipta sastra anak, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif, setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseorang itu bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya, dan seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.

B.     Saran

Sebagai calon guru SD  harus bisa memahami tentang pembelajaran sastra yang cocok untuk anak SD terutama kelas rendah, harus mampu mengaplikasikan sastra agar siswa bisa mengapresiakanya, sebelum melakukan pambelajaran apresiasi sastra guru harus terlebih dahulu memilih bahan ajar dan menentukan metode pembelajaran. tingkatkan kemampuan kita dalam bersastra, utamanya para pendidik agar peserta didik yang kita ajar dapat betul-bertul memahami dari inti sastra itu sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Pendidikan Multikultural

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Praktek kekerasan yang mengatasnamakan agama, dari fundamentalisme, radikalisme, hingga terorisme, akhir-akhir ini semakin marak di tanah air. Kesatuan dan persatuan bangsa saat ini sedang diuji eksistensinya. Berbagai indikator yang memperlihatkan adanya tanda-tanda perpecahan bangsa, dengan transparan mudah kita baca. Konflik di Ambon, Papua, maupun Poso. Bila kita amati, agama seharusnya dapat menjadi pendorong bagi umat manusia untuk selalu menegakkan perdamaian dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh umat di bumi ini. Namun, realitanya agama justru menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan dan kehancuran umat manusia.  Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya preventif agar masalah pertentangan agama tidak akan terulang lagi di masa yang akan datang. Pada sisi yang lain, Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap pe

ADHD dan Tunalaras

ADHD dan Tunalaras A.     Pengertian ADHD ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya, pernah ada istilah ADD, kependekan dari attention deficit disorder yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkan 'hiperactivity /hiper-aktif’ penulisan istilahnya menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga jenis penulisan istilah itu, maksudnya sama. Istilah ini merupakan istilah yang sering muncul pada dunia medis yang belakangan ini gencar pula diperbincangkan dalam dunia pendidikan dan psikologi. lstilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, di mana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, m