Kegiatan belajar mengajar
adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan, gurulah yang
menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Gruu yang mengajar dan anak didik
yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi
edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Disana semua komponen
pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sudah menyadari
apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondiis belajar mengajar yang
dapat mengantarkan anak didik ketujuannya. Disini tentu aja tugas guru berusaha
menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak
didik. suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi semua
anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang
kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama dikursi mereka
masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya
tujuan pengajaran.
Sebagai kegiatan yang bernilai
edukatif, belajar mengajar mempunyai hakikat, ciri dan komponen. Ketiga aspek
ini perlu betul guru ketahui dan pahami guna menunjang tugas dimedan pengabdian
. ketiga aspek ini diuraikan pada pembahasan berikut:
A. Hakikat Belajar Mengajar
Dalam
kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari
kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah
kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan
pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif
untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi
fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi
fikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran
tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karenan anak didik
tidak merasakan perubahan didalam dirinya. Padahal belajar pada hakkikatnya
adalah "perubahan" yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakkukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyatannnya tidak
semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk,
gila dan sebagainya.
Kegiatan
mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Berbeda
dengan belajar, belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru.
Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh sesseorang di luar dari keterlibatan
guru. Belajar dirumah cenderung menyendiri dan terlalu banyak mengharapkan
bantuan dari orang lain.apalagi aktifitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan
membaca sebuah buku tertentu.
Mengajar
pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak
didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik siapa yang diajar. Hal ini
perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan
pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah dan
menyatu didalam konsep pengajaran.
Guru yang
mengajar dan anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga
jiwa bersatu antara guru dan anak didik.
Biasanya
permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik
adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa, bagaimana, kapan dan dimana
adalah serentetan pertanyaan yang perlu dijawab dalam hubungannya dengan
masalah pengelolaan kelas. Peranana guru itu paling tidak berusaha mengatur
suasana kelas yang kondusif bagi kegairahan dan kesenangan belajar anak didik.
Setiap kali guru masuk kelas dituntut untuk mengelola kelas hingga berakhirnya
kegiatan belajar mengajar. Jadi, masalah pengaturan kelas ini tidak akan pernah
sepi dari kegiatan guru. Semua
kegiatan guru lakukan tidak lain demi kepentingan anak didik, demi keberhasilan
belajar anak didik.
Sama halnya
dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adlah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi, lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap
beriktunya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak
didik dalam melakkukan proses belajar (Nana Sudjana, 1991:29).
Peranan
guru sebagai pembimbing, bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang
bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerna bahan, ada anak
didik yang sedang mencerna bahan, ada pula anak didik yang lamban mencena bahan
yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar
guru mengatur strateti pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak
didik. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah "perubahan", maka
hakikat balajar mengajar adalah proses "pengaturan" yang dilakukan
oleh guru.
B. Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Sebagai
suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari
ciri-ciri tertentu, yakni menurut edi suardi sebagai berikut :
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni
untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang
dimaksudkan kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan
anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur
lainnya sebagai pengantar dan
pendukung.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang
direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar dapat
mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada
tujuanb secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau
langkah-langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan
desain yang berbeda pula, sebai contoh misalnya tujuan pembelajaran agar anak
didik dapat menunjukkan letak kota New York tentu kegiatannya tidak cocok kalau
anak didik disuruh membaca dalam hati dan begitu seterusnya.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan
satu penggarapan materi yang khusus.
Dalam hal ini materi harus
didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang
tentu daam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi
komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan
disipakan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mngajar.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.
Sebagai konsekuensi, bahwa
anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan balajar
mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secxara
mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA.jadi, tidak ada gunanya
melakukan kegiatan belajar mengajar kalau anak didik hanya pasif. Karena anak
didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakkukannya.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru
berperan sebagai pembimbing.
Dalam peranannya sebagai
pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar
terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam
segala situasi proses belajar mengajar,
sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh
anak didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai designer akan
memimpin terjadinya interaksi.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan
disiplin.
Disiplin dalam kegiatan
belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yanmg diatur
sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun
anak didik dengan sadar. Mekanisme
konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari
pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu
indikator pelanggaran disiplin.
7. Ada batas waktu.
Untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam sistem
berkelas (kelompok anak didik), batas dan waktu menjadi salah satu ciri yang
tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan dan
tujuan itu sudah harus tercapai.
8. Evaluasi.
Dari seluruh kegiatan di kelas,
maslah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah gruu
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yag telah ditentukan.
C. Komponen-Komponen Belajar Mengajar
Sebagai
suatu sistem tentu saja ketiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen
yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat
dan sumber serta evaluasi penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah
sebagai berikut:
- Tujuan
Tujuan
adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah
suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan
itu akan dibawa.
Sebagai
unsur penting untuk suatu kegiatan, maka dalam kegiatan apapun tujuan tidak
bisa diabaikan. Demikian juga halnya dalam kegiatran belajar mengajar. Dalam
kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam
kegiatannya. Kegiatan belajar mengajar tidak bisa dibawa sesuka hati, kecuali
untu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan
dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif.
Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus
ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak
didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun
diluar sekolah.
Tujuan
mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang sempit/ khusus.
Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan
dibawahnya menunjang tujuan di atasanya, bila tujuan terendah tidak
tercapai, maka tujuan di atasnya juga
tidak tercapai, sebagai rumusan tujuan terendah biasanya menjadikan tujuan di
atasnya sebagai pedoman. Ini berarti bahwa dalam merumuskan tujuan harus
benar-benare memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan
dan pengajaran.
Tujuan
adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti
bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan
alat evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk
mencapai tujuan seefektif dan seefiisien mungkin. Bila salah satu komponen
tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak
akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ny. Dr.
Roestiyah, N.K. (1989:44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah
deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita
harapkan setelah mereka mempelajari vahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu
tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengjaran itu
dan bukan sekedar suatu proses dari pengajaran itu sendiri.
Akhirnya,
guru tidak bisa mengabaikan masalah perumusan tujuan bila ingin memprogramkan
pengajaran.
- Bahan
pelajaran
Bahan pelajaran
adalah subtansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa
bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru
yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan
disampaikannya pada anak didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan
pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajarn pokok dan bahan pelajaran
pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang
studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya).
Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat
membuka wawasan seorang guru agar dalam belajar dapat menunjang penyampaian
bahan pelajaran pokok. Bahan penunjang ini biasanya bahan yang terleplada dari
disiplin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan sebagai penunjang dalam
penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran penunjang ini
harus di sesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar dapat
memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik.
Bahan
adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang di sebut sebagai
sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan
pengajaran. (Sudirman, N.K.,1991:203). Bahan pelajaran menurut Dr. Suharsimi Arikunto
(1990) merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena
memeang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik, karena
itu guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, tidak boleh lupa harus
memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan
dengan kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu
pula. Minat anak didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan
kebutuhan anak didik. Maslow
berkeyakinan bahwa minat seseoirang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan
kebutuhannya. (Sadirman, A.M., 1988:81). Jadi, bahan pelajaran yang sesuai
dengan kebutuahan anak didik akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu
tertentu.
Biasanya
aktivitas anak didik akan berkurang baik bahan pelajaranyag guru berikan tidak
atau kurang menarik perhatiannnya, disebabkan cara mengajar yang mengabaikan
prinsip-prinsip mengajar, seperti persepsi dan korelasi dan lain-lain. Guru
merasa pintar denan menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan
bahasa dan jiwa anak didik akan lebih banyak mengalami kegagalan dalam
menyuampaikan bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar. Karena itu, lebih
baik menyampaiakn sesuai dengan perkembangan bahasa anak didik dariipada
menuruti kehendak pribadi. Ini perlu mendapat perhatian serius, agar anak didik
tidak kdirugikan oleh sikap dan tindakan dguru yang keliru.
Dengan
demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam
pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses belajar mengajar yang akan
disampaikan kepada anak didik.
- Kegiatan
belajar mengajar
Kegiatan
belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang
telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam
kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan
belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai
mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru
hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Inilah sistem pengajaran yang
dikehendaki dalam pengjaran dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
dalam pendidikan modern. Kegiatan belajar mengajar pendekatan CBSA menghendakik
aktivitas anak didik seoptimal mungkin. Keaktifan anak didik menyangkut
kegiatan fisik dan mental. Aktiviitas anak didik bukan hanya secara individual,
tetapi juga dalam kolompok sosial. Aktivitas anak didik dalam kelompok sosial
akan membuahkan interaksi dalam kelompok. Interaksi dikatakan maksimal bila
interaksi itu terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak dengan
guru, dan antara anak didik dengan anak didik dalam rangka bersama-sama
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual
anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Kerangka
berfikir demikain dimaksudan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada
setiap anak didik secara individual. Anak didik sebagai individu memiliki
perbedaan dalam hal sebagaiman disebutkan di atas. Pemahaman terhadap ketiga
aspek tersebut akan merapatkan hubunganguru dengan anak didik, sehingga
memudahkan dmelakkukan pendekatan mastery learning dalam mengajar. Mastery learning
adlah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual (Drs.
Muhamamad Ali, 1992:94). Masteri learning adlah kegiatan yang meliputi dua
kegaiatan, yaitu program pengayaan dan program perbaikan (Prof. Dr. Suharsimi Arikunto,
1988:31). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru akan menemuai bahwa anak
didiknya sebagaian ada yang dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas dan
ada pula anak didik yang kurang menguasai bahan pelajaran secara tuntas
(mastery). Kenyataan tersebut merupakan persolan yang perlu di atasi dengan
segera dan mastery learning-lah sebagai jawabannya.
Dengan
demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimanapun, juga ditentukan dari
baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh
terhadap tujuan yang akan dicapai.
- Metode
Metode
adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar
mengajar, metode diperlukan oleh guru dan pngggunaannya bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru
tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak megnuasai satupun metode
mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (Syaiful
Bahri Djamarah, 1991:72).
Dalam belajar
mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru
sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak
membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Tetapi juga penggunaan metode
yang bervariasi tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan
dengan kondisi psikologis anak didik. Oleh karena itu, disnilah kompetensi guru
diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat (tentang mengajar). Oleh karena
itu, pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya
menguntungkan bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaannya. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M.Sc., M.Ed., mengemukakan lima
macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut :
a.
Tujuan
yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
b.
Anak
didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
c.
Situasi
yang berbagai-bagai keadaannya
d.
Fasilitas
yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya
e.
Pribadi
guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
- Alat
dan sumber
Alat adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan dalams rangka mencapai tujuan
pengajarannya. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunkana dalalm mencapai
tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat
sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan (Dr.
Ahmad D. Marimba, 1989:51).
Alat dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan
alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat dengan alat adalah berupa
suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sedangkan alat bantu pengajaran
adalah berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video dan
sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan pengajaran menjadi alat
material dan non material.
Alat
material termasuk alat bantu audiovisual di dalamnya. Penggunaan alat bantu
audio visual dalam proses belajar
mengajar sangat di dukung oleh Dwyer (1967), salah satu tokoh aliran realisme. Aliran
realisme berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunkan
bahan-bahan audio visual yang mendekati realitas. Menurut realisasi, makin
mudah terjadi belajar. Karenanya, ada kecernderungan dari pihak guru untuk
memberikan bahan pelajaran sebanyak mungkin dengan memberikan penjelasan yang
mendekati realisasi kehidupan dan pengalaman anak didik.
Sebagai
alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material (audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
b. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
c. Kemampuan untuk meningkatkan transper
(pengalaihan) belajar
d. Kemampuan untuk memberikan penguatan
(reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai
e. Kemampuan untuk meningkatkan retensi
(ingatan).
- Sumber
Pengajaran
belajar
mengajar telah diketahui, bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses
dalam kemaknaan, di dalamnya ada
sejumlah nilai yang di sampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu
tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber guna
dipakai dalam proses belajar mengajar. Jadi, dari berbagai sumberlah bahan
pelajaran itu diambil.
Yang
dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal
untuk belajar seseorang (Drs. Udin Saripudin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana
Ardiwinata, 1991:165). Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi
untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi sipelajar.
Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru
(perubahan).
Sumber
belajar ssesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana: disekolah, dihalaman,
dipusat kota, dipedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran
tersebut tergantung pada kreatifitas guru, waktu, biaya, serta
kebijakan-kebijakan lainnya (Drs. Sudirman N. Dkk., 1991:203).
Untuk
mendapat gambaran apa saja yang termasuk kategori sumber-sumber belajar,
berikut dikemukakan pendapat-pendapat :
Ny.
Roestiyah, N.K. (1989:53). Mengatakan bahwa sember-sumber belajar itu adalah:
a. Manusia (dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat)
b. Buku/perpustakaan
c. Mass media (majalah, surat kabar, radio,
tv, dan lain-lain).
d. Dalam lingkungan
e. Alat pengajaran (buku pelajaran, peta,
gambar, kaset, tape, papan tulis, spidol dan lain-lain).
f.
Museum
(tempat penyimpanan benda-benda kuno).
Drs.
Sudirman N, dkk. (1991:203). Mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai
berikut:
a. Manusia (people).
b. Lingkungan (setting)
c.
Alat dan perlengkapan (tool and equipment).
d.
Aktivitas (aktivities).
1.
Pengajaran program
2.
Simulasi
3.
Karyawisata
4.
System pengajaran modul
Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya meliputi:
1.
Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa
2.
Materi
3.
Aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan pengajaran
Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs.
Rustana Ardiwinata (1991:165). Berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurannya
lima macam sumber belajar yaitu:
a. Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat)
b. Buku/perpustakaan
c. Media massa
d. Alam lingkungan: Alam lingkungan terbuka, Alam
lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah atau peninggalan sejarah, Alam
lingkungan manusia
e.
Media
pendidikan
- Evaluasi
Istilah
evaluasi berasal dari Bahasa Inngris, yaitu evaluation dalam buku esssentials of educational evaluation
karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brwon. Dikatakan bahwa evaluation refer to the act or prosess to
determining the value of something. Jadi, menurut wand dan brown, evaluasi
adalah suatu tindakan atau suatu proses untu menentukan nilai dari sesuatu.
Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut wayan nurkancana dan P.P.N. Sumartana,
(1983:1). Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidiikan atau
segala yang sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Berbeda
dengan pendapat tersebut, Ny. Drs. Roestiyah N.K. (1989:85). Mengatakan bahwa
evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang
bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil
belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Dari kegua
pengertian evaluasi tersebut dapat diketahui penggunaan evaluasi. Tujuan
evaluasi dapat dilihat dari dua segi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu
dan Simanjuntak menegaskan bahwa:
a. Tujuan umum dari evaluasi adalah:
1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan
taraf kemajuan murida dalam mencapai tujuan yang diharapkan
2. Memungkinkan pendidik/guru menilai
aktivitas/pengalaman yang didapat
3. Menilai metode mengajar yang dipergunakan
b. Tujuan khusus dari evaluasi adalah:
1. Meransang kegiatan siswa
2. Menemukan sebab-sebab kemajuan atau
kegagalan
3. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
4. Memperoleh bahan laporan tentang
perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
5. Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara
belajar dan metode mengajar. (Abu Ahmadi
dan Widodo Supriyono, 1991:189).
Dalam
tujuan-tujuan yang dikemukakan tersebut, maka pelaksanaan evaluasi mempunyai
manfaat yang sangat besar. Manfaat
itu dapat ditinjau dari pelaksanaannnya dan ketika akan memprogramkan serta
melaksanakan proses belajar mengajar dimasa mendatang. (H.Muhammad Ali,
1992:113).
Dari tujuan
itu juga diphami bahwa pelaksanaan evaluasi dearahkan kepada evaluasi proses
dan evaluasi produk (W.S. winkel, 1989:318). Evaluasi proses dimaksud, adalah
suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses
belajar mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu
ditemui kendala, dan bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah
diprogramkan dalam atuan pelajaran. Evaluasi produk dimaksud, adalah suatu
evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan siswa, dan bagaimana
penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telaa\h guru berikan
ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Ketika
evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a. Untuk memberikan umpan balik (feed back)
kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta
mengadakan perbaikan program bagi murid.
b. Untuk memberikan angka yang tepat tentang
kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan dalam
rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan
kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seorang murid.
c. Untuk menentukan murid didalam situasi
belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik
lainnya) yang dimiliki oleh murid.
d. Untuk mengenal latar belakang (psikologis,
fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar,
nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan
belajar yang timbul (abu ahmadi dan widodo supriyono, (1991:189).
Komentar