Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi
pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru:
1. Pengertian
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori
adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi
secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan
demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting
atau dominan.
2. Keunggulan
/ Kelebihan Strategi Ekspositori
·
Dengan
strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
·
Strategi pembelajaran
ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
·
Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
·
Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini dilakukan
melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan
pembelajaran. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru
harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat
penting untuk dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa
mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
3. Kelemahan
Strategi Ekspositori
Disamping memiliki keunggulan,
strategi ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
·
Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
·
Strategi
ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
·
Karena
strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
·
Keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa
yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses
pembelajaran tidak mungkin berhasil.
·
Oleh
karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu
arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di
samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki
siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Dari
uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak ada satu strategi
pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran
yang lain, baik tidaknya suatu strategi pembelajaran isa dilihat dari efektif
tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Pembelajaran
Ekspositori
1. Pengertian
Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran
inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan
strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang
berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered
approach).
Dikatakan demikian karena dalam
strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
2.
Keunggulan / Kelebihan
Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)
Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan
karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
·
Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna.
·
Dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
·
Strategi
pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
·
Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan
belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
3.
Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)
Disamping memiliki keunggulan,
strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di antaranya yaitu:
·
Jika
strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit
terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
·
Strategi
ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan
siswa dalam beljar.
·
Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
·
Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini menekankan kepada proses mencari dan
menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam
strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.
1. Pengertian
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini
terdapat 3 ciri utama;
·
Pertama,
strategi pembelajaran berbasis
masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam
pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran
berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkannya.
·
Kedua,
aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
·
Ketiga,
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.
2.
Keunggulan
strategi pembelajaran berbasis masalah
·
Pemecahan
masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
·
Pemecahan
masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
·
Pemecahan
masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
·
Pemecahan
masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
·
Pemecahan
masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
·
Melalui
pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
·
Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
·
Pemecahan
masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
·
Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan
kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada
tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang
terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
3.
Kelemahan
strategi pembelajaran berbasis
masalah
·
Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
·
Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
·
Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
D. Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir
siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja
kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep
yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan
pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir
siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajarkan.
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang
terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.
Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan
ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial
merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan
dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan
sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil
pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam
kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
E. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat
unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta
dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap
kelompok, dan (d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar..
Strategi pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok
tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
1. Pengertian
Contextual Teaching Learning (CTL)
Contoxtual Teaching Learning (CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh
dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru
ketika ia belajar.
Pembelajaran
CTL melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan
(modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
2. Landasan
Filosofi
Landasan filosofi Contoxtual
Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan
menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat
pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan
pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada lima elemen
yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
·
Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating learning)
·
Pemerolehan
pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari
secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
·
Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1)
hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan
(validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan
dikembangkan
·
Mempraktekkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
·
Melakukan
refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut
Strategi pembelajaran afektif memang
berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif
berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu
memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya
untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan
ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk
dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses
pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa
sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan
santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan
lingkungan keluarga.
Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang
mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini
diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya
baik.
Komentar