Langsung ke konten utama

PENDEKATAN DALAM BELAJAR MENGAJAR

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlamgsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demik kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga terciipata hubungan dua arah yang harmonis antara dua guru dengan anak didik.
Ketika Kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus  dengan ikhas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala segala konsekuensinya. Semua kendala yag terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anaka didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa meruigakan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menetukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicqraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
A.     Pendekatan Individual
Dikelas ada sekelompok anak didik. Mereka duduk dikursi masing-masing. Mereka berkelompok dari dua sampai lima orang. Di depan mereka ada meja untuk membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka belajar dengan gaya yang  berbeda-beda, perilaku mereka juga bermacam-macam. Cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian,daya serap tingkat kecerdasan, dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda ari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan individual anak didik tersebutu memberikan wawasan kepada guur bahwa stratei pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual  ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan indivual dalam strategi belajar mengajarnya. Bilat tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntuk penguasaan penuh kepada anak didik tidak pernah menjadi kenyataan. Pelling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar, dapat di atasi dengan pendekatan individual. Misalnya untuk menghentikan anak didik yang suka bicara. Caranya dengan memisahkan/memindahkan salah satu anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik dikelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
B.     Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengeembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini di sadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam rantai kehidupan semua makhluk hidup didunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri  tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, di sadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan,yakni anak didik yang aktif, kreatif dan mandiri.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan. Fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karna itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengelompokan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan perbedaaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
Beberapa pengarang mengatakan, keakraban atau kesatuan kelompok ditentukan oleh tarik-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain. Yang mempunyai kecenderun menamakan keakraban sebagai tarikan kelompok adalah merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan kelompok bersatu. Keakraban  kelompok ditentukan oleh  beberapa faktor, yaitu:
1.             Persoalan diterima atau disukai teman-teman
2.             Tarikan kelompok
3.             Teknik pengelompokan oleh guru
4.             Partisipasi/keterlibatan dalam kelompok
5.             Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya.
6.             Struktur dan sifat-sifat kelompok. Sedangkan sifat-sifat kelompok itu adalah sebagai berikut:
a.       Suatu multi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu
b.       Suatu sistem interaksi
c.       Suatu organisasi atau struktur
d.      Merupakan suatu motuf tertentu dan tujuan bersama
e.       Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu
f.        Pola perilaku yang dapat diobservasi yang sisebut kepribadian
            akhirnya, guru dapat mempanfaatkan pendekatan kelompok demi untuk kepentingan pengelolaan pengajaran pada umumnya dan pengelolaan kelas pada khususnya.
C.     Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. anak didik yang satu begairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang anak tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu relatif lama. Ini sebagai tanda perubahan suasana kelas, sulit menormalkan kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran kurang menjadi efektif. Efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi  terganggu, disebabkan  anak didik kurang mampu berkonsentrasi. Metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karna memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Dalam kegiatan belajar mengajar,guru bisa saja membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar. Tetapi dalam hal ini, terkadang diperlukan juga pendapat dan kemauan anak didik. Bagaimana keinginan mereka masing-masing. Boleh jadi dalam suatu pertemuan ada anak didik yang suka belajar dalam kelompok, tetapi ada juga anak didik yang senang belajar sendiri. Bila hal ini terjadi, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu, belajar dalam kelompok dan  belajar sendiri, terlepas dari kelompok tetapi masih dalam pengawasan dan bimbingan guru.
Permasalah yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatanyang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan variasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan menghendaki pendekatanyang berbeda-beda pula. Demikian juga halny aterhadap anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalah yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu perbedaan  dalam teknik pemecahan kasus itulah dalam pembicaraan itu didekati dengan "pendekatan bervariasi".
Perbedaan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
D.     Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karna motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakkuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hinggqa luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakkukan pendekatan yang salah. Guru telah mennggunakan teori power, yakni teori kekuasaaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila mengggunakan kekuasaan, karna hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap pendidikan, sikap dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik menghargai norma hukum,norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak  jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok jenisnya. Demikian juga  Semua anak laki-laki berbarisa dalam kelompok jenisnya. Jadi, disisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak  berbaris didepan pintu masuk kelas. Semua anak dipersilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pun satu persatu masuk kelas, mereka saatu persatu menyalami guru dan mencium tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya, semua anak masuk dan pelajaran pun dimulai.
Contoh di atas menggambarkan pendekatan edukatif yang telah dilakukan oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris didepan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia. Guru telah membimbing anak didik, bagaimana cara memimpin kawan-kawannya dan anak-anak lainnya, membina bagaimana cara menghargai orang lain dengan cara memartuhi semua  perintahnya yng bernilai kebaikan. Betapa baiknya jika semua sekol;ah (TK, SD, atau SLTP) melakukan hal demikian itu. Mungkin kewibawaan guru yang dirakakan mulai memudar sekarang ini dapat  dimunculkan kembali dan tetap melekat pada pribadi guru. Sekaranglah saatnya mengedepankan pendidikkan kepribadian kepada anak didik dan jangan hanya pendidikan intelektual serta keterampilan semata karna akan menyebabkan anak tumbuh sebagai seorang intelektual atau ilmuwan yang berpribadi kering.
Guru yang hanya mengajar dikelas, belum dapat menjamin terbentuknya kepribadian anak didik yang berakhlak mulia. Demikian juga halnya dengan guru yang mengambil jarak dengan anak didik kerawanan hubungan guru dengan anak didik disebabkan komunikasi antara guru dengan anak didik kurang berjalan harmonis. Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak didik yang bermasalah.
Guru yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan masalah yang dirasakan anak didik, membuat anak didik apatis dan bertutup atas apa  yang dirasakannya. Sikap guru yang demikian kurang dibenarkan dalam pendidikan, karna menyebabkan anak didik menjadi orang yang introver (tertutup).
Kasuistis yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tingkat kesukarannya. Hal ini meghendaki pendekatan yang tepat. Bebagai kasus yang terjadi, selain ada yang dpat didekati dengan pendekatan individu, ada juga yang dapat didekati dengan pendekatan kelompok, dan ada pula yang dapat didekati dengan pendekatan bervariasi.namun yang penting untuk diingat adlah bahwa pendekatan individu harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif,dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif, dengan tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karna dendam, marah, kesal, benci, dan sejenisnya, bukanlah termasuk perbuatan mendidik, karna apa yang guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.

Selain berbagai pendekatan yang disebutkan di depan, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau garis-garis besar program pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam SLTP tahun 1994 disebutkan lima macam pendekatan untuk Pendidikan Agama Islam, yaitu Pendekatan Pengalaman, Pendekatan Pembiasaaan, Pendekatan Emosional, Pendekatan Rasional, Pendekatan Fungsional. Kelima macam pendekatan ini diajukan, karna pendidikan agama islam disekolah umum dilaksanakan melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang satu sama lainnya saling menunjang dan saling melengkapi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Pendidikan Multikultural

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Praktek kekerasan yang mengatasnamakan agama, dari fundamentalisme, radikalisme, hingga terorisme, akhir-akhir ini semakin marak di tanah air. Kesatuan dan persatuan bangsa saat ini sedang diuji eksistensinya. Berbagai indikator yang memperlihatkan adanya tanda-tanda perpecahan bangsa, dengan transparan mudah kita baca. Konflik di Ambon, Papua, maupun Poso. Bila kita amati, agama seharusnya dapat menjadi pendorong bagi umat manusia untuk selalu menegakkan perdamaian dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh umat di bumi ini. Namun, realitanya agama justru menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan dan kehancuran umat manusia.  Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya preventif agar masalah pertentangan agama tidak akan terulang lagi di masa yang akan datang. Pada sisi yang lain, Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap pe

Apresiasi Sastra Anak

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di era glob alisasi ini, tentunya kita tahu bahwa teknologi berkembang dengan pesat seiring dengan berkembangnya jaman. Berbagai peralatan yang canggih pun, sekarang sudah tidak sulit untuk didapatkan. Berbagai media hiburan modern seperti televisi, radio, komputer, dan lain sebagainya kini dirasa lebih menarik perhatian daripada hiburan tradisional. Buktinya, di jaman sekarang, anak-anak lebih banyak yang senang memainkan game online dengan laptop dan kebanyakan anak jaman sekarang sudah tidak mengenal permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak pada jaman dahulu. Apalagi, pada jaman sekarang kebanyakan anak sudah memiliki gadget sehingga anak cenderung malas untuk belajar dan lebih memilih bermain game.Tentu saja hal ini akan berakibat pada perkembangan potensi anak yang kurang maksimal sehingga prestasi belajar anak pun kurang memuaskan.Memang dengan adanya perkembangan teknologi saat ini tentunya dapat meningkatkan pen

ADHD dan Tunalaras

ADHD dan Tunalaras A.     Pengertian ADHD ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya, pernah ada istilah ADD, kependekan dari attention deficit disorder yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkan 'hiperactivity /hiper-aktif’ penulisan istilahnya menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Tetapi, sebenarnya dari tiga jenis penulisan istilah itu, maksudnya sama. Istilah ini merupakan istilah yang sering muncul pada dunia medis yang belakangan ini gencar pula diperbincangkan dalam dunia pendidikan dan psikologi. lstilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, di mana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, m