BUDAYA
PERMAINAN MASYARAKAT SASAK
A.
PENDAHULUAN
Budaya merupakan suatu pola hidup
yang berkembang dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Oleh karena itu budaya memiliki kaitan yang sangat erat dengan kehidupan dalam
masyarakat itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh Mellville J. Herskovits dan Bronislaw yang menyatakan bahwa semua
yang ada dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimilki masyarakat
itu sendiri.[1]
Di Indonesia terdapat beragam suku
bangsa, keberagaman tersebut menciptakan kebudayaan yang berbeda antara satu
daerah dengan daerah lainnya yang kemudian disebut sebagai kebudayaan local
yang kemudian menyatu menjadi kebudayaan nasional. Kebudayaan local dengan
beragam keunikandan cirri khas yang ada sebenarnya mimiliki pesona yang sangat
kuat. Dan tak jarang juga pesona itu memiliki daya tarik wisata. Di Lombok
mislnya, pulau dengan suku asli sasak ini memiliki banyak sekali budaya unik.
Masyarakat Lombok mempunya banyak
budaya dan permainan – pemainan yang sangat banyak, seperti Bau Nyale, Upacara
Rebo Bontong, Presean dan masih banyak lagi.
B.
PEMBAHASAN
Hingga saat ini di Lombok terdapat berbagai macam budaya
daerah yang sudah berkembang dalam masyarakat sehingga jika dikelola secara
profesional akan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung di Lombok yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berbagai
atraksi budaya daerah ini antara lain:
- Bau Nyale.
Bau Nyale
adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai
sakral tinggi bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang Putri
Raja Tonjang Baru yang sangat cantik yang dipanggil dengan Putri Mandalika.
Karena kecantikannya itu para Putra Raja, memperebutkan untuk meminangnya. Jika
salah satu Putra raja ditolak pinangannya maka akan menimbulkan peperangan.
Sang Putri mengambil keputusan pada tanggal 20 bulan kesepuluh untuk
menceburkan diri ke laut lepas. Dipercaya oleh masyarakat hingga kini bahwa
Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang laut
berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara
ini diadakan setahun sekali. Bagi masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan untuk
bermacam-macam keperluan seperti santapan (Emping Nyale), ditaburkan ke sawah
untuk kesuburan padi, lauk pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis
sesuai dengan keyakinan masing-masing.
2.
Upacara Rebo Bontong
Upacara Rebo Bontong dimaksudkan untuk
menolak balaâ (bencana/penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada
hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak
bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala
(bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai
suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini
mengandung arti Rebo dan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan
pe menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap
dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.
- Slober.
Kesenian
Slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang tergolong cukup
tua, alat-alat musiknya sangat unik dan sederhana yang terbuat dari pelepah
enau dengan panjang 1 jengkal dan lebar 3 cm. Kesenian slober didukung juga
dengan peralatan yang lainnya yaitu gendang, petuq, rincik, gambus, seruling.
Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga desa Pengadangan kecamatan
Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq Slober. Kesenian ini salah satu
kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap
bulan purnama.
4.
Lomba
Memaos
Lomba memaos atau membaca lontar
yaitu lomba menceritakan hikayat kerajaan masa lampau, satu kelompok pepaos
terdiri dari 3-4 orang, satu orang sebagai pembaca, satu orang sebagai pejangga
dan satu orang sebagai pendukung vokal. Tujuan pembacaan cerita ini untuk
mengetahui kebudayaan masa lampau, dan menanamkan nilai-nilai budaya pada
generasi penerus. Kesenian memaos ini diangkat kembali sebagai asset budaya
daerah dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata khususnya wisata budaya.
- Presean.
Kesenian
Bela diri ini sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah
semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada
perkembangannya hingga kini senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan
lapisan aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende)
terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan
ikat kepala dan kain panjang. Kesenian ini tak lepas dari upacara ritual dan
musik yang membangkitkan semangat untuk berperang. Pertandingan akan dihentikan
jika salah satu pepadu mengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri. Walaupun
perkelahian cukup seru bahkan tak jarang terjadi cidera hingga mengucurkan
darah didalam arena., tetapi diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung tinggi
sportifitas tidak ada dendam diantara mereka. Inilah pepadu Sasak. Festival
Periseian diadakan setiap tahun di Kabupaten Lombok Timur dan diikuti oleh
pepadu sepulau Lombok.
6.
Begasingan
Begasingan merupakan salah satu
permainan yang mempunyai unsur seni dan olah raga, merupakan permainan yang
ter-golong cukup tua di masyarakat Sasak. Begasingan ini berasal dari dua suku
kata yaitu Gang dan Sing yang artinya gang adalah lokasi lahadalah suara. Seni
tradisional ini mencerminkan nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegangan
kepada petunjuk dan aturan yang berlaku ditempat permainan itu, nilai-nilai
yang berkembang didalamnya selalu mengedepankan rasa saling menghormati dan
rasa kebersamaan yang cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu tujuan dan
selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang menjadi kebanggaan jati diri.
Permainan ini biasanya dilakukan semua kelompok umur dan jumlah pemain
tergantung kesepakatan kedua belah pihak di lapangan.
- Bebubus Batu.
Bebubus
batu merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang masih dilaksanakan didusun
Batu Pandang kecamatan Swela. Bebubus batu berasala dari kata bubus yaitu
sejenis ramuan obatan yang terbuat dari beras dan dicampur dengan berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan sedangkan batu adalah sebuah batu tempat untuk
melaksanakan upacara yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Prosesi acara
ini dipimpin oleh Pemangku yang diiringi oleh kiyai, penghulu dan seluruh warga
dengan menggunakan pakaian adat dan membawa Sesajen (dulang) serta ayam yang
akan dipakai untuk melaksanakan upacara. Upacara Bebubus batu uni dilaksanakan
setiap tahunnya yang dimaksudkan adalah untuk meminta berkah kepada Sang
Pencipta.
- Tandang Mendet.
Tari
tandang Mendet /tarian Perang merupakan salah satu tarian yang ada sejak jaman
kejayaan kerajaan Selaparang yang menggambarkan oleh keprajuritan atau peperangan.
Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang berpakaian lengkap dengan membawa
tombak, tameng, kelewang (pedang) dan diiringi dengan gendang beleq serta
sair-sair yang menceritakan tentang keperkasaan dan perjuangan, tarian ini bisa
ditemui di Sembalun.
- Sabuk Belo.
Sabuk Belo
adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan turun temurun
masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya. Sabuk Belo biasanya
dikeluarkan pada saat peringatan Maulid Bleq bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul
Awal tahun Hijriah. Upacara pengeluaran Sabuk Bleq ini diawali dengan mengusung
keliling kampung secara bersama-sama yang diiringi dengan tetabuhan Gendang
Beleq yang dilanjutkan dengan praja mulud dan diakhiri dengan memberi makan
kepada berbagai jenis makhluk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara
ini dilakukan sebagai simbol ikatan persaudaraan, persahabatan, persatuan dan
gotong royong serta rasa kasih sayang diantara makhluk yang merupakan ciptaan
Allah.
- Gendang Beleq.
Disebut
Gendang Beleq karena salah satu alatnya adalah gendang beleq (gendang besar).
Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama
(laki-laki) dan gendang nina(perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika.
Sebuah gendang kodeq (gendang kecil), dua buah reog sebagai pembawa melodi
masing-masing reog mama, terdiri atas dua nada dan sebuah reog nina, sebuah
perembak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis, delapan buah perembak kodeq.
Perembak ini paling sedikit enam buah dan paling banyak sepuluh. Berfungsi
sebagai alat ritmis, sebuah petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong besar
sebagai alat ritmis, sebuah gong penyentak, sebagai alat ritmis, sebuah gong
oncer, sebagai alat ritmis, dan dua buah bendera maerah tau kuning yang disebut
lelontek. Menurut cerita, gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada
pesta-pesta kerajaan, sedang kalau ada perang berfungsi sebagai komandan
perang, sedang copek sebagai prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut
berperang, disini payung agung akan digunakan. Sekarang fungsi payung ini
ditiru dalam upacara perakawinan. Gendang beleq dapat dimainkan samba l
berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan mempunyai aturan tertentu,
berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan. pada waktu dimainkan pembawa
gendang beleq akan memainkannya sambil menari, demikian juga pembawa petuk,
copek dan lelontok.
Komentar